Rabu, 16 September 2015

Drone & Pesawat Terbang Tanpa Awak (UAV) Buatan Indonesia

Pesawat Nir-Awak atau Pesawat TerbangTanpa Awak atau disingkat PTTA, atau dalam bahas Inggris disebut UAV (Unmanned Aerial Vehicle) atau sering disebut juga sebagai Drone, adalah sebuah mesin terbang yang berfungsi dengan kendali jarak jauh oleh pilot atau mampu mengendalikan dirinya sendiri. Penggunaan terbesar dari pesawat tanpa awak ini adalah dibidang militer.



Secara teknis, Drone berbeda dengan Rudal walaupun mempunyai kesamaan, tapi tetap dianggap berbeda dengan pesawat tanpa awak, karena Rudal tidak bisa digunakan kembali dan rudal adalah senjata itu sendiri. Sedangkan Drone menggunakan hukum aerodinamika untuk mengangkat dirinya, bisa digunakan kembali dan mampu membawa muatan baik senjata maupun muatan lainnya.

Drone bukan hal asing bagi ilmuwan Indonesia. Lembaga riset di Indonesia seperti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) serta beberapa Universitas riset sudah membuat prototipenya, sudah laik terbang dan sudah pula digunakan.

Selain itu, di Bandung juga ada berderet industri swasta yang bergerak di bidang pengembangan UAV seperti Globalindo Technology Services Indonesia, Uavindo, Aviator, dan Robo Aero Indonesia. Juga ada perusahaan berbasis aeromodelling sebagai pemasok suku cadang UAV seperti Telenetina dan Bandung Modeler.

Ada beberapa Drone buatan putra bangsa yang selama ini tak banyak orang tahu. Seperti apakah drone buatan anak negeri? Apa saja kemampuannya?

Insinyur rekayasa di BPPT Ir. Adrian Zulkifli pernah mengatakan sejak Oktober 2012 lalu, bahwa biaya pembuatan satu pesawat prototipe ini kira-kira Rp 2 miliar. Mesin drone buatan BPPT masih diimpor dari Jerman dan kameranya didatangkan dari Taiwan.

Lima pesawat prototipe dari BPPT ini diuji cobakan di Bandara Halim Perdanakusuma pada Oktober 2012. Pesawat-pesawat drone BPPT ini dinamai PUNA alias Pesawat Udara Nir-Awak.

Pesawat-pesawat ini berfungsi antara lain sebagai pesawat pengintai, pemotretan udara pada area yang sangat luas, pengukuran karakteristik atmosfer, dan pemantauan kebocoran listrik pada kabel listrik tegangan tinggi. Pesawat-pesawat ini juga cocok digunakan untuk daerah perbatasan.

Selain itu, baru-baru ini, TNI AD bekerja sama dengan Universitas Surya yang dikomandani ilmuwan Johanes Surya juga memamerkan prototipe pesawat Drone untuk kebutuhan militer. LAPAN juga memiliki jumlah koleksi model pesawat tanpa awak ini sebanyak tiga unit. Jadi seliruhnya ada 8 buah jenis Drone yang telah dibuat Indonesia. Bahkan Lapan sanggup membuat drone yang per unit hanya Rp 40 juta.

Mari kita lihat model Pesawat Tanpa Awak UAV atau Drone buatan anak bangsa ini:

BPPT PUNA Sriti



Pesawat Tanpa Awak atau PUNA (Pesawat Udara Nir-Awak) bernama Sriti ini berwarna putih.

Spesifikasi Pesawat Tanpa Awak PUNA Sriti:

  • wingspan:  2.988 mm
  • MTOW (Maximum Take Off Weight): 8,5 kilogram
  • cruise speed: 30 knot
  • endurance: 1 jam
  • range: 5 nautical mile
  • altitude: 3.000 feet
  • catapult: 4.500 mm

Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA), PUNA Sriti besutan BPPT ini adalah wahana udara nir-awak jarak dekat dengan konfigurasi desain flying wing menggunakan catapult (pelontar) sebagai sarana lepas landas atau take off, dan jaring sebagai sarana mendarat atau landing.

Sriti untuk surveillance. Karena bisa take off dengan peluncuran dan landing di jaring maka bisa dipakai untuk melengkapi Angkatan Laut pada peralatan di KRI.

PTTA PUNA Sriti ini bisa melihat ke depan sejauh 60-75 km. Jadi bisa dikatakan sebagai mata KRI. Selain itu, PTTA PUNA Sriti dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pengamanan lokal area seperti bandara. PTTA PUNA Sriti Bisa juga dipakai untuk tindakan SAR di gunung-gunung, karena lebih efektif.

Sumber : https://indocropcircles.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar